Monday, January 19, 2009

To Resfect an ability of someone (Indonesian)

MENGHARGAI KELEBIHAN ORANG LAIN
Saya punya seorang paman bernama Makmur.Yang menurut saya sangat pintar, sangat bijak dan sangat super sekali. Tapi meski saya bilang super, saya melihat ada sedikit kekurangan dalam dirinya. Yang mana kekurangan yang sedikit itulah yang membuatnya menjadi sangat tidak beruntung di dalam kehidupannya, tapi tetap saya nilai bahwa ia lebih super dari yang lain. Memang semua orang punya kekurangan, tapi kekurangan yang saya lihat pada orang lain, termasuk diri saya sendiri, tidak membuat kita selalu tidak berhasil dalam hidup ini.
Semua rasa salut saya padanya, bermula ketika ia kembali ke kota saya. Dia datang tanpa anak, tanpa keluarga. Ia hanya datang ditemani barang-barangnya yang amat banyak. Sangat banyak sekali. Dia datang karena sudah tak suka hidup diperantauan lagi. Dia berniat kembali dan tak akan pergi lagi. Dia ingin ke kota saya, karena ia ingin dekat dengan keluarga kami, sebab ibu saya adalah saudara kandungnya.
Ketika pada suatu hari saya perhatikan semua barang-barangnya, saya benar-benar tertegun melihatnya. Rupanya dia telah mengolah kayu sedemikian rupa, sehingga kayu itu berbentuk perkakas untuk membuat sebuah mobil. Ada rodanya, ada kabinnya, ada stirnya, ada tempat duduknya dan semua yang diperlukan di dalam membangun satu unit mobil, kecuali mesinnya. Berarti bila peralatannya ini dilengkapi dengan mesin, maka peralatan ini sudah bisa berfungsi sebagai sebuah mobil yang terbuat dari kayu. Luar biasa karya paman saya ini. Bila saya pikir-pikir sepertinya ini sebuah pekerjaan yang sia-sia. Untuk apa membuat peralatan seperti itu? Apakah hanya akan menyita waktu dan buang-buang modal saja? Tapi bila saya kaitkan dia dengan orang -orang lain seperti di Luar Negeri, yang pernah membuat sebuah perahu besar hanya dengan mengumpulkan batang korek api, dan juga membuat sebuah patung salju yang cukup mewah di negeri Japan, dan banyak lagi karya seni yang sangat tinggi nilainya di berbagai penjuru dunia ini. Paman saya ini mungkin mirip dengan orang-orang itu, tapi paman saya tak sempat menyelesaikan mobil buatannya. Ia kembali ke kota saya sebab dia sudah merasa banyak kekurangan. Rupanya matanya sudah sedikit rabun, ia sudah mulai sakit-sakitan. Perantauan yang dijalaninya selama ini akan diakhirnya segera. Dia kembali hanya karena ingin dekat dengan saudaranya. Dia mungkin ragu bahwa tak lama lagi ia akan meninggalkan dunia ini.
Ketika pada suatu hari saya baca berbagai buku catatannya, rupanya dia punya banyak karya yang tak tersalurkan. Dia pernah merancang pentiasi bangunan. Saya melihat gambarnya di buku catatannya. Sangat indah dan cantik model-modelnya. Saya yakin banyak pemborong bangunan yang akan berminat dengan gaya seni paman saya ini. Bukan hanya itu yang saya temukan di dalam bukunya. Saya juga menemukan satu cara bagaimana caranya beternak belut sehingga mengahasilkan keuntungan yang berlipat ganda, juga cara bertani seperti menanam kacang tanah dengan hasil berlipat ganda. Luar biasa, tapi apakah ini bisa di buktikan? Lalu karena melihat banyak buku catatan ini, saya terus menemuianya karena penasaran. Kenapa ia tak pernah berhasil padahal ia punya daya seni dan pengetahuan yang amat tinggi. Lalu ketika saya sudah bersama dia, kucoba menanyakan satu persatu tentang apa yang saya temukan di dalam bukunya. Dia lalu mengakui semuanya. Dia mengatakan pada saya bahwa ilmu yang dimilikinya adalah ilmu pasti. Lalu saya berpikir sejenak. Saya ingin bila membuat satu perkongsian dengannya, saya sangat ingin untung yang banyak tapi mana yang harus saya pilih lebih dahulu. Lalu perlahan-lahan kucoba menggambarkan bahwa sayapun ingin membuat satu joint venture dengannya. Dia setuju sebab itulah yang ia cari selama ini. Perlahan-lahan sebelum ada mengeluarkan modal, sebelum semuanya mulai dilangkahkan, sayapun menanyakan semuanya satu persatu. Termasuk banyaknya modal yang akan dikeluarkan dan bagaimana tentang saran tempanya maupun peralatannya, begitu juga dengan bagi hasilnya. Tapi setelah semuanya dibicarakan, ternyata saya tidak beminat. Kenapa? Saya telah menemukan sesuatu di dalam diri paman saya. Sesuatu yang mungkin membuat ia tak disukai orang lain sebagai teman bisnis. Rupanya ia sangat bangga dengan ilmu yang dimilikinya, bahkan terlalu bangga. seperTinya dia menyangka bahwa modal yang akan saya keluarkan adalah sesuatu yang rendah nilainya, sepertinya rasa kemauan saya untuk joint dengannya adalah sesuatu yang rendah derajatnya dibandingkan dengan ilmunya. sebab ini saya menjadi masih harus berpikir panjang tentang perkongsian dengannya ini.
Saya memandanginya dengan penuh kasihan. Dia terlalu ego dengan kelebihannya. Dia terlalu berharap bahwa saya harus menganggapnya sebagai serang pahlawan. Tentu saya tidak akan mampu. Sayapun merasa seorang yang unggul karena saya punya modal. Jadi saya berharap mesti fifty-fifti. Jadi karena inilah saya mengurungkan niat untuk bersatu dalam masalah bisnis dengan paman saya. Jadi bagi pembaca yang mungkin punya keahlian yang sangat tinggi seperti paman saya ini, mesti berhati-hati agar jangan sampai si pemodal tidak ingin bersatu dengan anda. Memang kalau kita punya keahlian, itu sesuatu yang super, tapi bila seseorang juga punya keahlian untuk berdagang dalam memasarkan hasil karya kita, itu juga sesuatu yang mesti dihargai, begitu juga dengan siempunya modal yang bisa berguna sebagai penggerak di setiap langkah. Jadi bila ada yang besipat seperti paman saya ini, cobalah untuk merubahnya, jangan sampai seperti paman saya, usianya bertambah, tapi semua tetap jadi sebuah theory, hingga ia pulang dari perantauannya, tapi semua ilmunya masih tetap sebuah theory. Bahkan saya tidak menanyakan ilmunya lagi, sayapun takut kalau ilmunya sesuatu yang susah untuk diberikan olehnya Saya tidak ingin bersipat seperti itu. Saya ingin menjadi seorang pemberi. Seperti haknya tulisan ini, sanya ingin memberi pada orang lain sepanjang tak membahayakan pada saya, agar orang lain tahu, bila memang ia belum tahu. Saya bukan membenci paman saya. Saya selalu sayang padanya, tapi kalau untuk joint, saya benar-benar tidak bersedia, sebab ia saya nilai seorang yang ego. Jadi ini salah satu sipat yang mesti kita buang jauh-jauh. Kalau soal keahliannya, saya menilainya sangat luar biasa. Ia bisa melukis dengan cat basah, melukis dengan pena, mengarang sebuah buku dan banyak lagi. Sangat banyak. Tapi di antara keahliannya yang pernah ia tukarkan dengan uang hanya lukisanya tapi toh ia juga bukan seorang yang pandai memasarkan hasil karyanya. Dia hanya menjual dengan harga murah, tidak pernah dengan harga mahal karena dia memang tidak berbakat dalam hal memasarkan barang. Tapi dia tidak menyadari hal ini. Sepertinya tidak ada sifat bergabung dengannya, tidak ada sifat saling bahu-membahu. Jika seandainya ia pandai, alangkah cemerlangnya hidupnya. Tapi inilah yang tidak ia sadari. Sekarang masa mudaya telah berlalu, sekarang ia sudah sangat tua, dan sudah hampir tidak bisa mencari nafkah lagi. Kitalah sebagai pembaca yang bisa menikmati pengalamannya ini, semoga kita tidak akan seperti paman saya, Makmur. Semoga kita sukses selalu. Bila ingin baca Motivasi yang lain dari saya, klik di sini

No comments: